Manusia sebagai Hamba Allah

tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati (Q.S. 2:21, 98:5, 52:56).
Ibadah berakar kata ‘abada yang artinya mengabdikan diri, menghambakan diri. Ibadah dalam arti sempit ialah aktivitas keagamaan ritual seperti shalat, puasa, dan haji.
Dalam arti luas, ibadah adalah melaksanakan hidup sesuai dengan syariat Islam; aktivitas ekonomi –seperti berdagang, politik, seni, dan lainnya sesuai dengan nilai-nilai Islam. Semua perbuatan baik yang mendatangkan manfaat bagi diri dan orang lain adalah ibadah atau amal saleh.
Seorang Muslim harus memahami benar posisinnya di hadapan Allah sebagai ‘abid ini. Pemahamannya itu harus terwujudkan dalam perilaku Islami, karena secara ideal, seseorang yang mengaku Muslim, dirinya telah benar-benar ter-shibghah (tercelup) kedalam “celupan Allah”, yakni syariat Islam.
Muslim yang sudah ter-shibgah, segala perilaku kesehariannya berpedoman pada ajaran Islam, setiap gerak langkah dan perbuatannya “dikendalikan” oleh syariat Islam, sehingga ia selalu berbuat kebaikan dalam segala hal. Wallahu a’lam.*

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

.: Luasnya Neraka :.

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata:
Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu yang ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya,
maka ditanya oleh Nabi SAW : 'Mengapa aku melihat kau berubah muka?'


Jawabnya: 'Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya.'



Lalu Nabi SAW bersabda: 'Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat Jahannam itu.'



Jawabnya: 'Ya... Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya.



Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya karena panasnya.



Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi, niscaya akan mati penduduk bumi karena panas dan basinya.



Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Quran itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.



Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di hujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di hujung timur karena sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi dan minumannya air panas campur nanah dan pakaiannya potongan-potongan api.
Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.'



Nabi SAW bertanya: 'Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?'



Jawabnya: 'Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda.' (artinya: yaitu yg lebih bawah lebih panas)



Tanya Rasulullah SAW : 'Siapakah penduduk masing-masing pintu?'



Jawab Jibril :
'Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat Nabi Isa AS. serta keluarga Fir'aun namanya Al-Hawiyah.



Pintu kedua tempat orang-orang Musyrikin bernama Jahim,



Pintu ketiga tempat orang Shobi'in bernama Saqar.



Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,



Pintu kelima orang Yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang Nasara bernama Sa'eir.'



Kemudian Jibril diam sejenak....segan pada Rasulullah SAW, sehingga ditanya: 'Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?'



Jawabnya: 'Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat.'



Maka Nabi SAW jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala Nabi SAW di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar Nabi SAW bersabda: 'Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?'



Jawabnya: 'Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu.'



Kemudian Nabi SAW menangis, Jibrail juga menangis, kemudian Nabi SAW masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah (dipetik dari kitab 'Peringatan Bagi Yg Lalai').



Dari Hadith Qudsi:
Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari-Ku.



Tahukah kamu bahawa neraka jahanamKu itu:



1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat
2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah
3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung
4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah
5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik
6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak
7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum
8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular
9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandungi lautan racun yang hitam pekat.
10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai
11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kerajaan Demak

A.   Proses Berdirinya Kerajaan Demak

Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar.
Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.
Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kerajaan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) dari kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Kerajaan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Kerajaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir.

Lokasi ibukota Kerajaan Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintar , saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Periode ketika beribu kota di sana kadang-kadang dikenal sebagai "Demak Bintara". Pada masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata. Karena didalam kerajaan terjadi perebutan kekuasaan dengan terbunuhnya Sunan Prawata atas perintah Arya Penangsang terjadilah gonjang - ganjing yang mengakibatkan keruntuhan  Kerajaan Demak dan kemudian di gantikan oleh Kesultanan Pajang yang dipimpin oleh Joko Tingkir.

B.   Raja-Raja Yang Pernah Menjabat

1. Raden Patah (Raja Pertama)

Raden Patah adalah putra raja Majapahit yang terakhir (dan zaman sebelum Islam) yang bernama Brawijaya. Ibu Raden Patah konon seorang putri Cina dari kraton Majapahit. Waktu hamil putri itu dihadiahkan kepada seorang anak emasnya yang menjadi Gubernur di Palembang. Di situlah Raden Patah lahir, yaitu sekitar Th. 1148 M. Sewaktu kecilnya bernama Raden Hasan.
Setelah Raden Patah sampai pada usia muda, lalu pergi ke Jawa untuk belajar dan berguru dengan Sunan Ampel (Raden Rahmad) di Ampel Denta, dan kemudian menikah dengan Nyai Ageng Malaka (putri Sunan Ampel). Selanutnya diperintahkan Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di Glagah Wangi (Jawa Tengah). Di tempat inilah Raden Patah bersama istimewa mengepalai suatu masyarakat kecil kaum muslimin dan istidah ada sebelumnya. Pengirimannya ke Glagah Wangi (yang kemudian disebut Bintoro) adalah sebagai pelaksanaan Walisongo yang hendak membuat Demak sebagai pusat kegiatan Islam yang terletak di pantai Utara di pertengahan tanah Jawa, dan dari sana kelak mudah masuk ke pedalaman dan jauh letaknya dari Majapahit.

Atas usul Sunan Ampel, Raden Hasan diangkat menjadi Adipati di Glagah Wangi oleh Raja Majapahit dengan gelar “Adipati Bintoro”. Kemudian tidak lama Majapahit runtuh karena diserang oleh Gilindrawardana dan Kediri pada Th. 1478 M dan pada tahun ini pula Kadipaten Bintoro melepaskan diri dan menyatakan berdiri sendiri sebagai Kesultanan Demak yang untuk sementara dipimpin olen Sunan Giri dengan gelar “Prabu Satmoto” Selanjutnya. pada Th. 1481 M. Raden Hasan dinobatkan oleh para Wali sebagai Sultan (Raja) Islam di Demak dengan gelar ‘Sultan Syah Alam Akbar Al-Fattah”, yang kemudian dikenal dengan sebutan Raden Patah.
Sejak Majapahit dipegang kekuasaannya oleh Gilindrawardana (disebut Brawijaya ke VI) memerintah antara (Th. 1478-1498 M) maka praktis hubungan Demak dengan Majapahit menjadi terputus didudukilah kekuasaan Majapahit oleh Patih Udara dengan gelar “Prabu Udara” (Brawijaya ke VII).

Demak mengadakan penyerangan ke Majapahit (di bawah kekuasaan Prabu Udara). Peperangan ini berlangsung selama 5 tahun (Th. 1513-1518 M) di bawah pimpinan Raden Patah sendiri dengan bantuan Sunan Kudus dan Pangeran Sebrang Lor Raden Patah dan Sunan Kudus memimpin pasukan darat lewat Madiun sedangkan Patih Unus memimpin serangan lewat laut melalui Sedayu dan pada akhirnya Majapahit dapat ditaklukkan oleh Demak pada Th. 1518 M. Tidak lama kemudian setelah menaklukkan Majapahit (pada Th. 1518 M) Raden Patah meninggal dunia dan dimakamkan di sebelah utara Masjid Agung Demak.

2. Patih Unus atau Pangeran Sebrang Lor (Raja Demak ke II)

Patih Muhammad Yunus yang dalam catatan Portugis disebut Patih Unus adalah putra sulung Raden Patah, sewaktu ayahnya memerintah dia telah diangkat menjadi Patih, merangkap Putra Mahkota sekaligus sebagai Panglima Armada Demak. Kelihatannya Patih Unus atau Pangeran “Sebrang Lor” ini adalah orang yang bijaksana dan mempunyai cita-cita tinggi melanjutkan cita-cita dan perjuangan ayahnya. Daerah-daerah lain yang belum takluk ke Demak, segeralah ditaklukannya.

Sepeninggal ayahnya (Th. 1518 M) Patih Unus menduduki tahta kerajaan (kesultanan) Demak dan (kasultanan) Demak dengan gelar “Sultan Syah Alam Akbar II” dan bersegera melanjutkan kebijaksanaan pemerintahan ayahnva. Di dalam buku-buku cerita babat Jawa Timur dan Jawa Tengah. Patih Unus raja kedua sebagai pengganti Raden Patah yang sangat legendaris itu kemudian disebut Pangeran “Sebrang Lor”. Nama itu ternyata berasal dan daerah tempat tinggalnya di “Sebrang Utara.”
Setelah jatuhnya Majapahit sebagaimana disinggung di muka tadi, kraton Majapahit kondisinya menjadi terlantar. Hal ini mendorong Patih Unus memindahkan pusaka-pusaka Majapahit ke Demak, diantaranya berupa 8 (delapan) tiang pendapa yang kemudian ditempatkan (dalam serambi Masjid Demak. Sampai sekarang ke- delapan tiang tersebut masih dapat dilihat dengan megah, antik dan terpelihara baik.

Patih Unus atau Pangeran Sebrang Lor tidaklah lama memerintah, yaitu dari Th. 1518-152 M, hanya tiga tahun lamanya. Sebagian besar masa hidupnya berada di tengah-tengah medan pertempuran, tetapi sebelum naik tahta, Patih Unus sudah lama membantu ayahnya dalam pemerintahan Demak.

3. Raden Trenggono (Raja Dernak ke Ill)

Setelah Pangeran Sebrang Lor meninggal dunia dengan tidak meninggaikan satu putrapun yang semestinya bisa menggantikan, dia hanya meninggalkan beberapa saudara dan diantara yang tertua sesudah dia adalah Pangeran Sekar Sedo Lepen dan saudaranva yang muda ialah Pangeran Trenggono. Rupanya kedua-duanya berambisi hendak menjadi Raja pengganti Pangeran Sebrang Lor, sehingga timbul perebutan kekuasaan, jika tidak segera diatasi akan akan dapat menimbulkan pertumpahan darah, maka bertindaklah putra tertua dan Pangeran Trenggono, yaitu Raden Mukrnin yang lebih dikenal dengan sebutan “Sunan Prawoto”. Pangeran Sekar Sedo Lepen yang masih paman sendiri dibunuh dan mati di sungai. Dengan demikian tinggal ayahnya saja yang berhak menduduki tahta kerajaan, itu.

Baru saja Sultan Trenggono naik tahta (Tb. 1521 M), pada tahun itu juga telah datang ke Demak seorang ‘alim yang usianya masih muda sekitar 25 tahun. Dia baru saja pulang dan belajar di Mekkah beherapa tahun, kemudian kembali ke Jawa dengan tujuan hendak pulang ke negerinya, tetapi di tengah jalan mendengar berita yang sangat menyedihkan dan menimbuikan dendam yang mendalam, bahwa bangsa Portugis yang telah menaklukkan Malaka itu kini telah menguasai negeri Pasei (negeri orang ‘alim tersebut), sehingga tidak ada jalan untuk bisa kembali ke dan teringatlah bahwa tinggal Demaklah yang tidak bisa dikuasai, untuk itu dia membulatkan tekat terus menuju ke Demak. Orang ‘alim yang masih muda usianya itu bernama “Fatahillah” lahir di Pasai sekitar Th. 1490, orang Portugis menyebut dengan nama “Faletehan”.

Sesampainya di Demak Fatahillah kemudian berhidmah kepada Sultan (raja) Trenggono dengan mencurahkan semua ilmu hasil belajarnya di Mekkah dan juga pengalamannya yang luas di bidang peperangan. Kehadiran Fatahillah di lingkungan kerajaan Demak telah mempesona orang banyak terutama kalangan kerajaan lantaran postur tubuhnya yang gagah perkasa, berwibawa, matanya tajam dan bersinar membayangkan cita-cita yang besar, keteguhannya terhadap agama tampak sekali, sehingga dirinya menjadi orang yang menarik hati. Bahkan Sultan Trenggono sendiri menjadi tertari. Tidak lama kemduian Fatahillah diambil menantu oleh Sultan Trenggono, dan mengawini pula janda Patih Unus.

Sultan Trenggono pada awal kepemimpinannya telah mempunyai banyak rencana besar dan penting dalam menentukan perkembangan Islam di seluruh Jawa, sedangkan situasi pemerintahan Demak sudah tampak stabil dan berdiri kokoh, agam Islam sudah mulai menjalar kemana-mana, terutama di pesiri Jawa Tengah dan Jawa Timur meskipun di ujung Timur masih ada kerajaan Hindu yaitu di Pasuruan. Demikian juga di Jawa Barat masih ada kerajaan Hindu Pajajaran, di samping Banten dan Sunda Kelapa yang masih dikuasai oleh Portugis.

Setelah diketahui bahwa bangsa Portugis hendak menanamkan kekuasaannya di Jawa Barat, maka Sultan Trenggono memerintahkan Fatahillah untuk segera menyerang Jawa Barat. Mula-mula Fatahillah menduduki Banten, kemudian dan Banten Fatahillah terus memimpin pasukan Demak yang dikirim oleh Sultan Trenggono untuk rnelanjutkan penyerangan ke Sunda Kelapa. Pada Tanggal 22 Juni 1527 M, Sunda Kelapa dapat dikuasai penuh oleh pasukan Demak, dan selanjutnya diganti namanya menjadi “Jayakarta” artinya “Kemenangan yang sempurna”. Dari Sunda Kelapa pasukan Demak telah berhasil menaklukkan Cirebon yang menjadi kekuasaan Pajajaran. Dan sejak itu Demak telah dapat menguasai daerah-daerah pesisir Utara Jawa Barat, Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Kemudian Fatahillah diangkat oleh Sultan Trenggono sebagai Adipati Banten.

Sesudah penaklukkan Demak ke beberapa daerah di Jawa Barat tersebut, maka tidak lama dikirimkanlah pasukan Demak ke Pasuruan, yakni salah satu daerah di Jawa Timur yang pada saat itu masih diperintah oleh raja Hindu, sayang di tengah perjalanan Sultan Trenggono meninggal dunia karena dibunuh oleh seorang Adipati Surabaya yang masih berusia 10 tahun, yaitu sewaktu anak tersebut menghidangkan sirih kepada Sultan Trenggono.

Akibat kematian Sultan Trenggono ini, menyebabkan timbul kemelut politik di dalam kalangan intern keluarga penguasa Demak, kemelut yang tidak berkesudahan itu justru menjadi penyebab pokok keruntuhan kekuasaan Demak dan beralih ke Pajang.

C.   Kehidupan Sehari-hari Kerajaan Demak

1.      Kehidupan Politik
Lokasi kerajaan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur, serta keadaan Majapahit yang sudah hancur, maka Demak berkembang sebagai kerajaan besar di pulau Jawa, dengan rajanya yang pertama yaitu Raden Patah. Ia bergelar Sultan Alam Akbar al-Fatah (1500 ? 1518).

Pada masa pemerintahannya Demak memiliki peranan yang penting dalam rangka penyebaran agama Islam khususnya di pulau Jawa, karena Demak berhasil menggantikan peranan Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511.
Kehadiran Portugis di Malaka merupakan ancaman bagi Demak di pulau Jawa. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka, yang dipimpin oleh Adipati Unus atau terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.

Serangan Demak terhadap Portugis walaupun mengalami kegagalan namun Demak tetap berusaha membendung masuknya Portugis ke pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Adipati Unus (1518 ? 1521), Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.
Puncak kebesaran Demak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521 ? 1546), karena pada masa pemerintahannya Demak memiliki daerah kekuasaan yang luas dari Jawa Barat sampai Jawa Timur.

Setelah Anda mengamati gambar peta kekuasaan Demak tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa daerah kekuasaan tersebut berhasil dikembangkan antara lain karena Sultan Trenggono melakukan penyerangan terhadap daerah-daerah kerajaan-kerajaan Hindu yang mengadakan hubungan dengan Portugis seperti Sunda Kelapa (Pajajaran) dan Blambangan.

Penyerangan terhadap Sunda Kelapa yang dikuasai oleh Pajajaran disebabkan karena adanya perjanjian antara raja Pakuan penguasa Pajajaran dengan Portugis yang diperkuat dengan pembuatan tugu peringatan yang disebut Padrao. Isi dari Padrao tersebut adalah Portugis diperbolehkan mendirikan Benteng di Sunda Kelapa dan Portugis juga akan mendapatkan rempah-rempah dari Pajajaran.
Sebelum Benteng tersebut dibangun oleh Portugis, tahun 1526 Demak mengirimkan pasukannya menyerang Sunda Kelapa, di bawah pimpinan Fatahillah. Dengan penyerangan tersebut maka tentara Portugis dapat dipukul mundur ke Teluk Jakarta.
Kemenangan gemilang Fatahillah merebut Sunda Kelapa tepat tanggal 22 Juni 1527 diperingati dengan pergantian nama menjadi Jayakarta yang berarti Kemenangan Abadi.

Sedangkan penyerangan terhadap Blambangan (Hindu) dilakukan pada tahun 1546, di mana pasukan Demak di bawah pimpinan Sultan Trenggono yang dibantu oleh Fatahillah, tetapi sebelum Blambangan berhasil direbut Sultan Trenggono meninggal di Pasuruan.
Dengan meninggalnya Sultan Trenggono, maka terjadilah perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen (saudara Trenggono) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggono) dan Arya Penangsang (putra Sekar Sedolepen).
Perang saudara tersebut diakhiri oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan, sehingga pada tahun 1568 Pangeran Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Demak dan hal ini juga berarti bergesernya pusat pemerintahan dari pesisir ke pedalaman.

2.      Kehidupan Ekonomi

Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritim.

Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang. Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.

Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.

3.     Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar.

Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan ? para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren. Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di antara orang-orang Islam).

Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.

D.   Peninggalan Kerajaan Demak
Beberapa peninggalan Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
- Masjid Agung Demak yang di bangun oleh Wali songo pada tahun 1478 .
- Piring Campa merupakan pemberian Ibu Raden Patah yang bernama Putri Campa .
- Pintu Bledeg / Pintu Petir dibuat oleh Ki Ageng selo .
- Saka Tatal merupakan saka ( tiang ) Utama Masjid Demak di buat oleh Wali Songo . Tiang buatan sunan Kalijaga tersebut di buat dari tatal yang diikat dengan rumput rawadan . Tiang ini mengandung pelajaran persatuan .
- Bedug dan kentongan . Bedug ini karya wali Songo berfungsi sebagai tanda umat Islam menjalankan salat lima waktu .
- Dampar Kencana digunakan untuk tempat duduk para sultan dan sekarang di gunakan untuk mimbar khutbah .
E.    Kemunduran Kerajaan Demak
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Ia ditentang oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. Pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya "dihabisi" oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang.
Arya Penangsang akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS